PKL Mempertontonkan Kemiskinan?

Mempertontonkan Kemiskinan


Tahun 2010 sampai dengan 2011 saya akhirnya memilih untuk bebas dan merdeka, artinya sejak 2010 saya keluar dari pekerjaan sebagai Pegaai disebuah perushaan dan ingin memantapkan diri menjadi pengusaha. Usaha saya bergerak dibidang penjualan yakni produk Tas Buatan Lokal Bogor. Tas ini kualitas ekspor dan kualitas Mall, karena saya tau persis dari Pemiliknya yang mengatakan bahwa Tas ini sudah di jual di Mall besar dan terkenal dengan Brand Tertentu dengan harga yang cukup Fantastis bagi saya, apalagi saya tau juga harga kulaknnya. Harga Kulakannya tak lebih dari 10 persen dari harga Jual di Mall tersebut. Awalnya saya tak percaya, apa benar tas yang saya beli dengan harga cukup dengan 4-5 lembar uang puluahn ribu , di jual di Mall sampai dengann 500-600 ribu? dan Faktanya setelah saya lakukan penelusuran secara detail, seksama dan dalam tempo yang sedetail-detailnya , wow..ternyata benar. Kualitas sama, bahan dan model, yang membedakan hanya tas yang saya beli tidak ada Brand Terkenalnya.Yess..terkonfirmasi bahwa Produsesn tas saya memang orsngnya Jujur dan baik Hati.

Setelah saya membeli Produk tersebut, maka saya tentu berfikir bagaimana cara menjualnya? karena dengan keyakinan yang penuh dan semangat menggebu-gebu, saya Sungguh punya haarpan bahwa Produk ini akan laku keras di pasaran. Namun, waktu itu modal saya hanya 5 juta tok tillll.  Masalah muncul , dimana saya harus jualan? bagaimana caranya? sehingga saya harus memutar otak , dan akhirnya ada 2 ide :
1. Saya akan muter-muter Kantor di jogja, saya kenalkan sama semua pegawai di kantoran dan saya akan tarik satu agen dan berikutnya mereka akan saya kasih Fee apabila terjadi penjualan.Awalnya saya minta dia membeli Tas Saya dengan harga yang sangat rendah (masih untung sih) , tapi itu hanya pancingan saja , supaya dia bisa mempromosikan ke temen-temannya. Usaha ini membawa hasil, untuk jadwal harian jam kerja, nah bagaimana dengan hari libur?
2. Akhirnya saya berfikir untuk mencoba nge-lapak , dan waktu itu SUNMOR (Sunday Morning) UGM telah terbranding tempat wisata belanja masyarakat jogja, mahasiswa jogja dan biasanya wisatawan jogja, nah akhirnya saya berfikir untuk ikutan berdagang sebagai pedagang kaki lima. denganberbagai upaya, Cari informasi sana-sini, dapatlah Jatah satu tempat walau, memang posisinya agak jauh dari keramaian, namun saya bertekad tetap mencoba.akhirnya jadilah saya sebagai "mahasiswa SUNMOR". berjulaan tiap hari minggu, Mulai aksi pukul 04, shubuh, Shalat, berkemas dan chao tancap gas. Buka lapak jam 06 sd jam 12 siang.

Pengalaman sebagai Pedagang kaki Lima (Pelapak} ini sungguh pengalaman yang sangat berarti bagi saya sebagai pembentuk karakter pengusaha, bahwa ternyata pengalaman ini mengajarkan saya banyak hal tentang Pedagang. Sungguh tak akan bisa saya lupakan. Sampai hari ini pengalaman ini selalu saya jadikan sebagai "tonggak sejarah" dan bangkitnya semangat saya menjadi pengusaha. Sebagai Pedagang , hal yang sangat sederhana dalam pikiran mereka adalah "hari ini saya jualan dan harus dapat uang gimanapun caranya" dan sebagai pedagang harus punya keyakinan sejak berangkat dari rumah bahwa apa yang dijual akan laku dan mendtangkan uang buat dibawa pulang. Ini pemikiran yang sangat sederhana namun, sangat "mendalam" dan penuh tekad. Jual dan harus laku!!!
jual dan Harus bawa uang pulang.

Keberadaan PKL di Sunmor sebenarnya cukup baik penataannya, karena apa? karena penataannya sudah dikelola dengan baik oleh paguyuban sehingga tidak ada retribusi atau pemalakan yang yang ilegal.Kita taunya dan menag begitu adanya, bahwa uang sumbangan hanya 3.000/stand/hari. Nah, uang segitu menurut saya masih bisa terjangkau oleh para pelaku PKL pemula, sehingga tidak memberatkan, apalagi waktu itu bagi saya sendiri jualan Tas bisanya omzet bisa 1-3 juta/hari dengan laba bruto sampai dengan 40%..sehingga saya bisa bawa pulang uang kira-kira 400.000 sd 1.200.000 dan kalau bayar 3.000 masih sangat bisa tercover dan masuk akal. Kondisi ini tidak hanya saya, pedagang SUNMOR rata-rata adalah pedagang yang sudah senior dan lama, bahkan bukan lagi usaha mikro , mereka kadang sudah Menjelma menjadi usaha kecil bahkan menengah dan besar. karena apa? karena sebahagian mereka juga adalah pedagang besar yang juga punya stand di SuNMOR. JIka ketemu musim yang pas, omzet mereka bisa mencapai 10-20 juta/hari. Ini sangat menggiurkan bukan? Namun, memang banyak juga diantara PKL itu adalah orang-orang seperti ssya yang baru jualan dan belajar bisnis dengan modal terbatas. sehingga mereka betul-betul mengharapakn terjadinya perubahan hidup leat jualan di SUNMOR. Modal terbatas tentu saja masuk dalam kategori Miskin. Miskin yang punya semangat untuk keluar dari zona kemiskinan dan bisa lebih baik. Artinya zona SUNMOR ini , zona PKL yang sudah dikelola dengan baik dan di tata dengan baik sehingga tidak mengganggu, bahkan masyarakat sangat mendukung zona ini, karena buktinya walau dipindah tetap saja masih Ramai. Oleh sebab itu, saya setuju apabila PKL dibuatkan suatu zona yang khusus dan ditata dengan baik serta dengan manajemen yang benar, sehingga masyarakat miskin atau minim modal, bisa diberikan akses untuk berjualan dengan nyaman, Beda dengan apabila ada pembiaran terhadap PKL yang berseliweran di jalan-jalan, sehingga mengambil hak masyarakat dan apalagi ditambah dengan tanpa ada legalitas pemda yang mengekola sehingga ini menjadi rebutan jatah preman dan ormas.

Saangat Miris kiranya apabila PEMDA atau Pemerintah tidak mempu menciptakan keseimbangan bagi para pengusaha kecil ini disatu sisi dan bagi masyarakat lain sisi yang lain. Misalkan, apabila diijinkan berjualan di tempat yang dilarang dan akhirnya tidak dikelola oleh PEMDA, akhirnya ada yang merasa berhak dan mengklain bahwa tempat jualannya dia yang punya? masih oke, namun bagaiman bila suatu area di kuasai oleh Preman? dan siapaun yang akan jualan di sana dimintai jatah yang tidak jelas aturannya? dimana letak keadilan akhirnya? dan akhirnya kita akan tetap mempertontonkan kemiskinan yang selalu dipelihara dan dijadikan sebagai "ATM" bagi para manusia-manusia yang tidak jelas dan tidak memiliki aturan? Apakah tidak zhalim kiranya ada yang mengklaim bahwa tanah ini adalah milik rakyat? tapi hanya dia yang bisa menggunakan? Mereka mengklaimbahwa Rakyat boleh menggunakan dan memanfaatkan tapi orang lain tak boleh? apalagi mereka sampai menjual yang bukan Hak mereka?

Selain mempertontonkan kemiskinan, kita juga akan merawat kemsikinan, selain itu,kita juga mempertontonkan "kebodohan" dan merawat kebodohan. Negara harusnya tak boleh kalah oleh oknum yang serta merta berani mengklaim suatu daerah sebagai daerah kekuasaan dia...Negara harusnya hadir untuk membagi keadilan buat Rakyat. Bukan, mengalah dan berbagi hasil terhadap kekuasaan yang tak pada tempatnya.

Bagaimana dengan PKL pinggir jalan?Kalau ini ditanyakan kepada rakyat, Maka saya yakin, mereka akan bersuara bahwa harusnya peruntukan suatu pembangunan ya pada tempatnya..tdaik semena-mena digunakan oleh segelintir orang dan oknum tertentu. Apakah benar, Memberikan fasilitas Trotoar untuk Kaki Lima adalah "membela wong cilik"? wong cilik yang mana? siapa? dan bagaimana? Mmebiarkan Trotoar Buat PKL sebenarnya hanyalah bagian pencitraan yang mempertontonkan ketidakmampuan memberikan solusi konkrit atas ketidakadilan pada Rakyat.

PKL itu adalah pejuang Rakyat, PKL itu adalah sosok nyata Rakyat yang berdaulat dan tetap berani untuk memandirikan diri mereka sendiri. Oleh sebab itu, harusnya diberikan ruang yang jelas, zona yang di dukung dengan segala kebijakn Pemerintah, namun dalam koridor yang legal dan tertata dengan baik.  Jika masih ada pembiaran terhadapmperlakuan ala Jatah Preman pada PKL, maka Negara tidak hadir di sana, PEMDA tidak hadir atau hanya tutup mata. sangat miris kiranya.

Smeoga PKL sebagai pejuang rakyat akan selalu mendapatkan tempat terbaik , sehingga mereka bisa mermetafmorfosa menjadi pemgusaha menengah yang akhirnya juga bisa menyelamatkan perekonomian bangsa Ini. Karena Ketika krisis Ekonomi, yang menyelamatkan Bangsa ini adalah para UMKM ini.

Solusi Konkrit Pemerintah

keberadaan usaha rakyat adalah tiang sebuah negara, betapa 60 persen penduduk Indonesia adalah pelaku UMKM.Mestinya pemerintah memperhatikan misalnya pasar-pasar rakyat, kalau memang kondisinya masih memprihatinkan maka buatlah kebijakan modernisasi pasar dan modernisasi toko. Pasar moderen juga diiisi oleh rakyat yang juga mindsetnya juga telah ditanamkan dengan baik pada aspek layanan dan kualitas produk, buka sebanyak-banyaknya akses pasar terhadap rakyat. Atau rakyat yang sudah memiliki warung tradisional mislanya diberikan pendidikan modernisasi toko.
Kami dari Ritelteam Indonesia juga berupaya membantu dengan semampu kami , bekerjasama dengan Dinas Sleman memberikan training kepada pelaku usaha ritel rakyat. Pendidikan tentang modernisasi toko rakyat. Modernisasi dalam kontek ini bukan semata tampilan tapi lebih kepada "mindset yang berubah". Bahwasanya prilaku konsumen telah berubah dan rakyat pelaku usaha harus paham dan mencoba beradaptasi dengan perubahan tersebut.






Comments

Popular posts from this blog

Rak Toko sembako murah

Ukuran Bangunan Minimarket Ideal

Contoh Lay out dan Rencana Anggaran Biaya