Bekerja untuk siapa? dan kenapa?
Buat Apa Bekerja?untuk siapa? dan kenapa?
Islam adalah agama yang sempurna.
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segala aspek yang berhubungan
dengan semua aktifitas manusia di bumi Allah. Islam adalah Agama Yang sudah
sempurna dan menjadi panduan kita sebagai manusia untuk hidup di dunia fana
ini. Islam sebagai agama yang telah sempurna mengatur semua hal yang berkaitan
dengan segala aktifitas manusia di dunia baik urusan Ibadah Mahdhah mapun
urusan Ibadah Muamalah. Ibadah Muamalah yang dalam hal ini berkaitan dengan
aspek hubungan sesama manusia. Hubungan sesama manusia adalah aktifitas yang
tidak bisa dinafikan. Manusia satu dengan lainnya mau tidak mau , setuju tidak
setuju, suka tidak suka pasti akan saling berhubungan.
Manusia hidup di dunia ini
tugasnya adalah beribadah kepada Allah. Ibadah Manusia dalam bentuk ibadah
mahdhah dan ibadah muamalah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dilakukan oleh
manusia yang berbentuk ibadah ritual sebagai penghambaan manusia kepada Allah.
Dalam hal ini sudah digariskan, misalnya adalah Shalat, Puasa, Zakat dan lain
sebagainya. Ibadah Muamalah dalam hal ini salah satunya adalah bekerja. Bekerja
adalah fitra bagi manusia. Manusia bekerja adalahsebagai ibadah dan menjadi sebuah
keharusan.
Islam mengatur tentang dunia
kerja ini sebagaimana termaktub dalam Al-quran :
Quran surat 78- 11 :
Artinya : “ dan kami menjadikan
siang itu untuk mencari penghidupan”
Menurut Al-Ghazali ayat ini
menunjukkan kepada kita bahwa kita sebagai manusia telah diberikan gambaran
tentang waktu untuk mencari penghipan. Waktu untuk mencari nafkah dan
menghidupi diri kita sendiri dan keluarga. Karena pada ayat sebelumnya juga
digambarkan bahwa malam dijadikan sebagai waktu untuk istirahat.
Selain itu juga dalam surat 7-10
:
“dan sungguh , kami telah
menempatkan kamu di bumi dan di sana kami sediakan (sumber) penghidupan
untukmu. (tetapi) sedikit sekali kamu bersykur.”
Menurut Al-Ghazali, banyak
manusia yang sangat tidak bersyukur dengan anugrah dan nikmat yang diberikan
Allah. Allah sudah membuka semua peluang yang ada di bumi. Manusia silahkan
gali semua peluang dan lakukan dengan cara yang baik. Nikmat Allah bisa digali
dan didapatkan dari mana saja di dunia ini. Oleh sebab itu, Manusia harus
selalu bersyukur dengan ini. Sebagai tanda syukur kepada Allah adalah , bekerja
maksimal dan bersungguh-sungguh dalam mencari poenghidupan di dunia. Inilah
bentuk syukur atas nikmat yang Allah berikan. Manusia lebih banyak malas dan
lalai. Malas untuk menggali potensi diri, malas untuk bekerja keras, malas
untuk memuat jaringan, malas untuk memperbaiki diri dalam mencari penghidupan,
malas dalam hal mengupgrade diri sehingga tidak maksimal dalam prose mencari
anugrah Allah. Manusia terlalu banyak alasan untuk mengatakan bahwa di dunia
ini terlalu susah mencari penghidupan. Manusia terlalu gampang untuk mengatakan
bahwa sangat sedikit sekali anugrah Allah yang bisa didapatkan. Manusia selalu
lupa bahwa Karunia Allah itu banyak, Karunia Allah.Manusia terlalu fokus mengatakan
bahwa kemampuan dia sangat minim untuk menggali dan mencari karunia Allah.
Manusia sangat lupa bahwa kekayaan yang ada di dunia ini sangtlah tidak
terhingga. Manusia hanya bisa membandingkan diri dia dengan orang lain yang
telah bekerja keras menggapai karunia Allah dengan baik sedangkan dia hanya
bermalas-malasan.Ingat!!! orang terkaya di dunia hnya memiliki uang ratusan
trilyun, sedangkan kekayaan Allah tak berbatas.
Apakah kita semua tahu??ternyata
dalam Al-quran terkandung suatu ayat yang melegitimasi ketika Hajipun kita
masih bisa melakukan transaksi usaha. Lihatlah Al-quran surat 2 – 198 :
“Bukanlah suatu dosa bagimu
mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari arafah,
berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam.
Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu,
sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu.”
Tafsir ayat ini mengatakan bahwa
boleh melakukan transaksi pada puncak Ibadah haji ketika kita berkumpul di
arafah. Artinya, puncak Ibadah Muslim sedunia saja Allah memberikan legitimasi
bahwa kita boleh melalukan transaksi bisnis. Banyak kita yang belum memahami
bahwa , selama ini kita hanya berfikir bahwa Ibadah haji sebagai Ibadah mahdhah
bisa juga kita melakukan transaksi ibadah muamalah. Betapa Allah sangat
memberikan ruang gerak yang luas bagi manusia untuk menyelaraskan antara Ibadah
mahdhah dengan ibadah muamalah yang dalam hal ini berkaitan dengan dunia kerja
dan usaha.
Dan ketahuilah bahwa, seluruh
penjuru bumi ini adalah karunia Allah yang bebas kita eksplorasi. Ruang dan
waktu sudah bisa kita tembus. Hijab dan halangan sudah sudah tidak ada lagi.
Zaman sekarang tidak ada sekat antara satu benua dengan benua lainnya. Zaman
sekarang ini semua manusia sudah bisa terkoneksi antara satu sama lain. Zaman
sekarang ini semua manusia bahkan bisa berinterkasi langsung dalam hitungan
detik. Berpuluh-puluh abad yang lalu, manusia satau sama lainnya masih terbatas
koneksinya. Bahkan untuk saling bertemu membutuhkan waktu yang cukup lama.
Jangankan saling bertemu, bertegur sapa saja belum tentu bisa dilakukan. Hal
ini, menunjukkan bahwa , segala aspek yang berhubungan dengan kemanusiaan,
teknologi dan informasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Hal ini juga
menunjukkan bahwa manusia itu memiliki kemampuan untuk meciptakan sesuatu yang
berbeda, manusia mampu menciptakan suatu karya dengan mengoptimalkan kemampuan
akal dan fikirannya. :
Lihatlah dalam Al-quran 67 – 15
artinya :
“ Dialah yang menjadikan bumi
untuk kamu yang mudah kamu jelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rezeki-Nya, Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan”.
Ayat ini sangat tegas memberikan
pesan bagi kita bahwa, betapa Hebatnya Al-quran ini. Allah sudah menciptakan
bumi ini khusus buat manusia. Bumi yang diciptakan ini sangat mudah bagi kita
untuk menjelajahinya. Itu adalah sebuah pesan, dan tentang bagaimana cara
menjelajahinya tentu kita gunakan akal dan fikiran kita,sehingga terciptalah
alat transportasi kapal laut, Mobil dan pesawat terbang. Allah sudah
menjanjikan ini. Manusia tinggal melakukan tugasnya, manusia tinggal mengasah
otaknya untuk berfikir, manusia tinggal memaksimalkan kemampuannya untuk
melakukan sebauh terobosan terobosan dalam aspek karya dan karsa. Allahpun
meningatkan dalam ayat itu, hanya kepada Allah saja tempat kembali kita,
artinya, manusia tidak perlu khawatir, karena semua sudah Allah gariskan dan
Allah pula yang akan menjaga kita. Apabila ada manusia yang berani untuk
menjelajahi bumi dan seisiinya ini , baik antar pulau, baik antar benua, maka
hanya allah yang memiliki kuasa. Betapa kita masih berfikir dan terkagum kagum
tentang hebatnya teknologi pesawat. Bagaimana perasaan anda ketika berada di
atas awan ketika terjadi guncangan atau turbulensi yang dahsyat, atau ketika
petir menyambar pesawat yang kita tumpangi, kepada siapa kita berharap??..hanya
kepada Allah saja. Karena ilmu manusia telah sampai kepada tahapan
memaksimalkan kemampuan mesin dan teknologi pesawat, namun tentang jaminan
keamanan di atas awan hanya Milik Allah secara mutlak. Itulah yang dinamakan
Tawakkal. Manusia telah maksimal memainkan peran kemanusiaannya, maka Hak Allah
untuk memutuskan semua apapun yang akan terjadi.
Bekerja itu harus dengan landasan Ikhlas
Kita telah melihat uraian
kandungan Al-quran di atas seperti pemaparan penulis. Maka apabila kita hidup
di dunia ini hanya untuk berleha leha atau hanya sekedar melakukan ritualitas
ibadah mahdhah , maka kita belum sempurna sebagai manusia. Oleh sebab itu, bekerja
adalah tugas kita sebagai manusia. Bekerja bagi manusia adalah sebuah keharusan
untuk menghidupi dirinya, keluarganya dan orang-orang yang ditangungnya.
Oleh sebab itu, dengan landasan
Ayat-ayat di atas, maka apabila manusia melakukan suatu pekerjaan dengan
berpedoman pada ayat-ayat di atas maka, kita akan melakukannya dengan ikhlas.
Ikhlas karena Allah. Ikhlas karena kita tahu dan yakin akhirnya bahwa Allah pun
menyerukan kita untuk bekerja. Ikhlas karena kita jadi bersemangat karena Allah
telah menyedikan segala karunia yang ada di bumi ini. Ikhlas karena Allah
mensyaratkan bahwa kita adalah manusia yang bersyukur apabila memaksimalkan
segala karunia dan Angurah Allah sebagai penghidupan kita. Bekerjalah dengan
Ikhlas karena landasan Allah yang telah memerintahkan kepada kita. Bekerjalah
dengan Ikhlas karena Allah yang mengisyaratkan bahwa tanda syukur itu adalah
bekerja dan memaksimalkan karunia-Nya yang ada di bumi ini.
Betapa Al-Ghazali sangat luar biasa dalam kitabnya
dia menshahihkan Hadis bahwa “ada dosa
yang tidak bisa dihapus dengan istighfar, kecuali dengan kerja keras mencari
rejeki (Ihya Ulumuddin Juz I 484). Ini adalah syarah dari hadits nabi “setiap
Muslim harus kerja”. Bahwa bekerja itu sama nilainya dengan jihad dalam
peperangan. Siapa saja yang bekerja dengan niat untuk kedua orang tuanya,
bekerja untuk orang yang dia tanggung (keluarga,pembantu, pekerja, sopir dll),
siapa saja yang bekerja untuk dirinya agar terjaga harga dirinya supaya tidak
menjadi beban orang lain maka mereka itulah orang yang sama kedudukannya dengan
Fisabilillah. Orang yang selalu berjalan
di Jalan Allah. Syeikh Al-Bani berkata
bahwa pengertian Sabilillah di sini adalah apabila dia mati, maka dia syahid,
Mati syahid di luar perang. Dalam Buku Ihya Ulumuddin juga ada riwayat yang
menceritakan suatu ketika ada seorang anak muda yang gagah di dalam majlis
Rasulullah dan sahabat. Para sahabat berkata sesama sahabat waktu itu, kenapa
anak muda ini tidak berperang saja supaya mendapatkan Pahala Jihad yang lebih
baik. Namun di sisi lain Rasulullah malah mengapresiasi anak muda ini, karena
dia berdagang karena untuk menjaga harkat martabat dia, untuk kedua orang tua
dan keluarganya, maka Rasulullah mengatakan anak muda ini adalah Sabilillah.
Bekerja dengan Ikhlas artinya tulus.
Tulus karena Allah. Tulus karena semata-mata karena mengaharap redha Allah.
Tulus karena mendasarkan setiap aktifitas kerja dan usaha karena ayat-ayat
Allah yang maha benar. Tulus karena inilah yang mejadi landasan niat kita
bekerja. Tulus (Ikhlas) inilah yang menjadi motivasi kita selalu semangat dalam
bekerja. Nah, niat ini akan menjadi benar apabila dilandaskan dengan ilmu. Ilmu
yang harus senantiasa dipelajari. Maka, Al-quran adalah lautan ilmu yang tiada
habis-habisnya untuk di gali dan di eksplorasi. Al-quran adalah pedoman yang
maha benar, maha lengkap, maha dalam maknanya, maha tepat perumpamaannya. Oleh
sebab itu, mempelajari Ilmu berlandaskan
al-quran, maka ilmu yang didapat akan terasa maknanya yang kuat
menghunjam dada dan hati kita. Kuasailah akhiratmu dengan ilmu dan kuasailah
duniamu dengan ilmu.
Bekerja itu juga harus cerdas
Manusia dalam hidup di dunia ini
selalu berlomba lomba untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Berlomba-lomba
ingin menunjukkan supeerioritas masing-masing. Manusia selalu ingin
melanggengkan eksistensi diri mereka dihadapan manusia lainnya. Manusia juga
selalu ingin mencoba memberikan kebermanfaatan bagi manusia lainnya.
Dalam dunia kerja dan usaha,
allah juga sudah memberikan rambu-rambu yang begitu cantik dan halusnya perumpamaan
kata-kata. Mari lihat surat 18 ayat 7 yang artinya :
“ Sesungguhnya kami telah
menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk kami menguji
mereka , siapakah diantara mereka yang “terbaik perbuatannya”.
Ayat di atas menggambarkan bahwa
Allah mengaharapkan manusia menjadi yang terbaik amal dan perbuatannya. Dalam
jami’ Ash-shagir, dijelaskan bahwa “ajmiluu Fi thalabi dunya, Fa Inna Kullan
Muyassarun limaa kutiba lahu minha. Artinya perbaikilah dalam hal mencari
dunia, sesungguhnya segala seuatunya akan menjadi mudah sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah.
Ulama ahli bahasa berpendapat
bahwa kata-kata ajmiluu bermakna perbaikilah, artinya istiqamah dan jangan
melalaikan faktor-faktor keberhasilan. Hal ini mencerminkan bahwa manusia harus
selalu memperbaharui kemampuan, memperbaharui potensi dan harus selalu
meningkatkan kadar keilmuan dalam segala
hal. Pekerjaan yang dilakukan apabila dikuasai kelimuannya maka akan menjadi
mudah. Pekerjaan yang dilakukan, apabila dikuasai dengan baik tingkat
kseulitannya, maka akan menjadi lebih sempurna. kecerdasan menjadi landasan
dalam bekerja supaya kita mampu mendapatkan hasil yang lebih baik, mendapatkan
hasil yang lebih banyak, mendapatkan hasil yang lebih berkah dan mampu
memberikan kepuasan terhadap orang-orang yang menerima jasa pekerjaan dan
orang-orang yang menggunakan produk usaha kita.
Bekerja itu butuh kerja keras dan optimal.
Kitab Ihya Ulumuddin karya
al-ghazali diungkapkan sebuah hadits Thabrani “ Innallaaha yuhibbul mukmin al
muhtarif “. Artinya sesungguhnya Allah mencintau muslim yang kerja keras. Makna kerja keras di sini adalah m anusia
diberikan ruang dan waktu yang sangat leluasa. Manusia memiliki waktu 24 jam
sehari, 30 hari dalam sebulan (rata-rata) dan 12 bulan satu tahun. Manusia juga
diberikan ruang gerak yang sangat luas. Silahkan gunakan waktu dengan baik dan
manfaatkanlah hamparan bumi yang sangat luas ini untuk mencari penghidupan.
Lihatlah dalam Al-quran 67 – 15
artinya :
“ Dialah yang menjadikan bumi
untuk kamu yang mudah kamu jelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rezeki-Nya, Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan”.
Ayat ini sudah cukup memberikan
isyarat bahwa, manusia bebas melakukan eksplorasi semaksimal mungkin. Lakukan
eksplorasi antar daerah, antar pulau dan antar benua sekalipun. Tidak ada
alasan, bahwa rejeki di dunia ini sangatlah sedikit. Tidak ada alasan bahwa
manusia tidak bisa makan dan menghidupi dirinya karena Allah menghamparkan
karunianya dibumi yang luas ini. Tidak ada alasan bahwa, manusia tidak akan
mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi kebutuhan mereka.
Apabila ada manusia yang masih
merasa kekuarangan pekerjaan, maka berrarti dia bermasalah dengan daya juangnya
sendiri. Apabila ada manusia yang mengatakan bahwa dia tidak bisa hidup karena
kurang makan, maka berarti dia bermasalah dengan kemampuan diri untuk
menghasilkan makanan. Alasan yang paling tepat sebenarnya adalah manusia selalu
sibuk dengan alasan “malas”. Manusia terlalu sombong dengan dirinya sendiri,
dan menilai dirinya terlalu tinggi, sehingga malu untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang halal yang bisa menghasilkan sesuatu yang bisa
menghidupi mereka. Manusia terlalu sombong dengan dirinya sendiri sehingga
merasa “cukup” dengan apa adanya yang mereka dapatkan tanpa melakukan upaya
maksimal. Manusia terlalu mengagungkan “kemalasan” . Kemalasan ini lahir karena
kurangnya ilmu, kurangnya pengetahuan, besarnya gengsi dan prestise dan bisa
juga karena prinsip hidup yang keliru.
Comments
Post a Comment